Sabtu, 28 April 2012

sejarah kota citayam

Aloha kawan-kawan semua, di tengah kepenatan dan hiruk pikuk dalam rutinitas menjadi seorang freelancer, pada edisi kali ini saya akan membawa Anda kepada tempat dimana saya dilahirkan yakni kota kecil bernama Citayam. 

Bagi sebagian orang, daerah yang jarang ter-explore ini mungkin terasa sangat asing dan jarang sekali didengar di telinga. Akan tetapi bila Anda penasaran untuk mengetahui lebih lanjut mengenai letak sebenarnya dari daerah ini silakan klik artikel kami yang berjudul "Tentang Citayam". 

Citayam Depok
Beberapa puluh tahun silam, Citayam merupakan kawasan yang jarang dihuni orang dan konon sempat menjadi bagian dari kawasan yang disebut masyarakat metropolis sebagai daerahnya orang udik. Diapit dengan sungai legendaris Ciliwung dan beberapa sungai lain yang merupakan sumber irigasi air di Citayam membuat lahan tanah menjadi subur dan produktif.

Kata sesepuh disana, dulu ketika alam Citayam masih segar dan tidak ada polusi, mereka rutin mengkonsumsi makanan yang sehat tanpa bahan pengawet dan mengandung kimia.  Namun dibalik itu semua ternyata perjuangan penduduk asli Citayam dalam mencari nafkah masih terbilang agak tradisional. Kebanyakan dari mereka adalah para peternak ayam dan kambing, dan sebagiannya lagi adalah petani yang kerja sambilannya menjual buah-buahan ke kota besar.

Saya mempunyai asumsi bahwa penyebutan asal usul kata Citayam kemungkinan besar diambil dari nama Ci+ayam yang artinya adalah Sungai Ayam, karena ayam bukanlah hewan langka di daerah ini. Saya mencoba memakai teori ala Bang Ali sang pedagang, bahwa semua selalu berujung pada satu hal yang perlu ditambahkan, yaitu tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jadi jangan terlalu serius untuk ditanggapi karena ini cuma othak athik gathuk saya saja dan tidak bermaksud untuk memaksakan intepretasi pribadi. Oke?? Peace..


Citayam Depok
Saya sendiri menjadi saksi hidup dimana para juragan yang memiliki tanah lebar, ternak banyak dan sawah luas merupakan orang-orang tersohor di sepanjang wilayah Citayam. Walaupun kini sebagian dari mereka telah menghadap Ilahi, namun anak cucu mereka masih hidup sampai dengan hari ini. Sebut saja Bapak Abdul Aziz yang merupakan cucu dari almarhum KH. Abdul Wahab yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di daerah Citayam (Jl. Haji Dul). Beliau kini tinggal di kawasan yang dikenal dengan nama Pondok Terong.

Banyak hal yang saya kagumi dari dirinya, Bang Aziz (sebut saja panggilannya) mempunyai wawasan seluas samudera Hindia. Pikirannya agung dan setiap kata-katanya sarat akan makna. Bahkan seandainya dunia tahu, ia mampu membuka cakrawala kepuasan jiwa bagi siapapun yang mendengarnya.

Beliau adalah seorang filsuf sejati yang hadir kepada saya. Gaya bicaranya seperti kaisar yang berwibawa. Ketika tersenyum, senyumnya sedemikian cerahnya, seakan-akan seluruh dunia ikut tersenyum bersama dirinya. Saya kagum pada akhlak yang tertanam pada diri pribadinya walaupun saya batal menikahi putrinya yang bernama Azizah, hehehe.

 
Citayam Depok
Mirisnya, yang tidak saya temukan di masa sekarang kebanyakan anak-anak tidak lagi berkumpul mengikuti pengajian rutin di tempat-tempat pengajian dekat rumah mereka. Konon hal ini mulai terjadi sekitar awal milenium kedua, dimana terjadi dampak akibat krisis ekonomi yang berlanjut pada krisis moral yang melanda bangsa Indonesia. Anak-anak Citayam zaman sekarang lebih suka menghabiskan waktunya dengan bermain.

Kalau kita berbicara objek wisata, Citayam juga tidak kalah menariknya. Sebut saja setu Citayam. Danau buatan ini tidak kalah hebat dari danau Toba bila kita nikmati disaat hati kita tenang. Oleh karena itu, siapapun yang berkunjung kesana pasti akan menyatakan kekagumannya. Mungkin sisi pemandangannya agak standar, namun tanah Citayam memancarkan
impuls energi yang akan menjadikan Anda sebagai manusia sejati. Dan perjalanan untuk mengungkap misteri daerah Citayam masih akan berlanjut setelah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar